Sabtu, Juni 06, 2009

Mi Instan Rebus Dua Kali untuk Hilangkan Bahan Berbahaya

CARA memasaknya yang cepat dan praktis membuat mi instan disukai banyak orang. Yang perlu diingatkan, gizi pada mi instan tidak lengkap. Perlu tambahan bahan makanan lain agar nilai gizinya lebih baik. ''Mi instan kaya karbohidrat. Sedangkan kandungan nutrisi lainnya sangat minim, bahkan mungkin tak ada sama sekali,'' kata Eko Dwi Martini, ahli gizi RSUD dr Soetomo. 

Karena itu, kata Eko, sebaiknya ditambahkan sayuran bila makan mi instan. Tak perlu sayuran khusus. Semua jenis sayur yang disuka boleh dicampurkan ke mi instan. ''Memasak sayurnya jangan terlalu lama. Nanti malah zat gizinya hilang akibat rebusan air panas,'' jelasnya. 

Untuk menambah kandungan protein, mis instan bisa ditambah lauk. Namun, lanjut Eko, porsinya harus diseimbangkan antara karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang lain. ''Tak ada patokan khusus. Dikira-kira sendiri saja keseimbangan porsi mi, sayur, dan lauk itu,'' imbuhnya. 

Selain keseimbangan zat gizi, lanjut Eko, cara memasak mi instan harus benar. Terutama saat memasak mi instan berkuah. Eko menyarankan mi instan direbus dua kali. Air rebusan pertama langsung dibuang. Setelah itu, mi direbus lagi hingga matang. ''Cara itu untuk menghilangkan bahan berbahaya yang terkandung dalam mi instan,'' katanya. 

Bahan yang dianggap berbahaya itu, antara lain, natrium karbonat. Jumlah bahan tersebut dalam mi instan cukup banyak, 30-40 persen. Eko mengatakan, penderita jantung koroner dan hipertensi sebaiknya tak mengonsumsi makanan mengandung natrium karbonat. ''Bahan tersebut bisa memicu meningkatnya tekanan darah. Penderita hipertensi dan jantung bisa kumat kalau banyak mengonsumsi bahan tersebut,'' katanya. 

Selain itu, ingat Eko, ada beberapa mi instan yang mengandung lilin. Fungsinya sebagai pelapis agar tekstur mi menjadi bagus serta tak mudah putus dan rusak. Campuran bahan tersebut sering tak tertulis pada komposisi bahan yang tertera di kemasan mi instan. Padahal, kata Eko, lilin bisa menyebabkan usus mengalami iritasi. Akibatnya, penyerapan nutrisi dari makanan lain tak bisa optimal. ''Ada beberapa orang yang mengalami konstipasi akibat tingginya kadar lilin di tubuh,'' jelasnya. 

Bahaya lain mi instan, lanjut Eko, adalah bahan pengawet dan MSG. Sama halnya dengan lilin, bahan pengawet dan MSG juga sering tak tertera pada komposisi bahan. ''Ada mi instan yang hanya mencantumkan perasa tambahan. Namun, kita kan tak tahu bahan perasa tambahan apa yang digunakan. Berapa komposisinya, aman atau tidak dikonsumsi,'' kata alumnus Akademi Gizi Malang itu. 

Karena itu, Eko tak menyarankan konsumsi mi instan tiap hari. Jika memang terbiasa makan mi instan tiap hari, sebaiknya mulai dikurangi. ''Saya tidak melarang konsumsi mi instan. Tapi, jangan berlebihan. Tak bagus untuk kesehatan,'' tambahnya.

Sumber : Jawa Pos

Tidak ada komentar: